Selasa, 09 Desember 2014

JANJI

Kita telah sama-sama berjanji untuk lebih baik
Kita telah sama-sama berjanji untuk berubah
Kita telah sama-sama berjanji untuk menjaga satu sama lain
Ada hal yang tidak kumengerti sedang terjadi dalam diri ini
Rasa sedih, sesak, dan sepi setelah kita berjanji satu sama lain untuk mengubah sifat yang menjadi kekurangan dari diri masing-masing
Ada rasa rindu pada keramaian sebuah group sosial media, biasanya apa pun kau tulis dan kubaca, namun kini semuanya berubah
Inikah suatu teguran dan peringatan untukku agar aku lebih dewasa?
Pada siapa aku harus berbagi rasa sepi ini? Seolah semuanya sudah memiliki kesibukan masing-masing
Kesibukan untuk mengubah diri, mengubah keadaan untuk menjadi lebih baik
Bukannya aku tak mau kita menjadi lebih baik
Hanya saja aku belum cukup mampu menerima perubahan yang begitu cepat
Seperti awal lagi, aku harus belajar beradaptasi lagi
Yah mungkin seperti itu, semoga aku kuat untuk melewati masa pancaroba ini

Senin, 06 Oktober 2014

Peluang

hari-hariku kini tak lagi seperti dulu. Sebelumnya aku bebas melihat rupamu, memandang wajahmu, dan membuang mukaku saat kau menatapku kembali. Ah, rasanya aku terlalu percaya diri kalau mengatakan kau menatapku, mungkin kau hanya tersadar ada makhluk astral yang memandangimu dari kejauhan.
Sekarang aku tak dapat sebebas dulu, aku hampir tak memiliki waktu banyak untuk itu. Dari lima kesempatan aku hanya memiliki satu peluang. Terkadang aku hanya dapat melihatmu dalam kelebatan-kelebatan tak tentu. Tahukah kau aku merindukan hari-hari itu? Hari di mana berbicara denganmu adalah suatu anugerah untukku yang kini semakin sulit untuk dapat terwujud.
Akankah kau ijinkan aku tuk melihatmu secara intens setiap kali aku mendapatkan peluang itu?

Kamis, 11 September 2014

Seharusnya Bersyukur

Masalah, setiap orang pasti pernah bahkan mungkin sering kehidupannya disinggahi oleh masalah. Mulai dari persoalan yang mudah hingga dirasa terasa amat rumit untuk dihadapi.

Menurut beberapa orang bahkan mungkin banyak orang bahwasanya dengan adanya masalah kita justru dituntut untuk semakin dewasa karena perlu memikirkan jalan keluar dari masalah. Masalah sebenarnya adalah jembatan kita menuju kedewasaan menurut beberapa orang juga.

Tetapi enggak sedikit orang yang justru dibuat seperti anak kecil ketika dihadapkan dengan berbagai polemik kehidupan.

"Kebanyakan dari kita masih suka mengeluh ketika dihadapkan dengan suatu masalah bahkan sampai mengatakan gue enggak bisa nih menyelesaikan masalah ini. Coba aja mind set diubah, jangan melihat apa yang kita dapat, tapi lihat apa yang kita enggak dapet", begitu kalimat yang terlontar dari guru besar.

Kemudian dia menjelaskan maksudnya. Benar apa yang dikatakannya, coba kita lihat orang lain dengan beban yang ditanggungnya, bisakah kita setegar mereka yang bahkan memiliki beban hidup lebih pelik dari kita?

Ah, akhirnya diri ini mampu berpikir. Seharusnya aku tak boleh mengeluh ini itu, di luar sana masih banyak sekali yang memiliki masalah lebih berat dan lebih banyak daripada aku. Mereka masih dapat tersenyum dan melewati harinya dengan semangat baru, lalu apakah aku masih mau seperti ini? Terjebak dalam kolam keluhan.

Tidak, tidak, tidak. Aku benar-benar harus mengubah apa yang telah mendarah daging dalam diri.

Jangan lihat ke atas, lihatlah ke bawah agar kau mau bersyukur dan menyadari bahwa kehidupanmu lebih indah dari yang dimiliki orang lain. (Pesan dari seseorang dari antah berantah)

Senin, 08 September 2014

Inginku

Rasanya ingin sekali kembali ke masa kecil, masa di mana bermain adalah segalanya. Masa di mana pertemanan adalah hal yang utama, tidak ada perselisihan berkepanjangan hanya karena masalah sepele, tidak ada pikiran yang menumpuk seperti sekarang ini, dan banyak hal-hal yang jika dibandingkan semakin menambah rasa inginku kembali ke masa kecil.

Aku sadar kehidupan terus berputar dan sadar bahwa yang telah berlalu tak akan bisa terulang lagi. Aku pun sadar dari roda yang berputar selalu ada pesan-pesan kehidupan yang membuatku lebih dewasa dalam mengambil keputusan, bersikap, dan menjalani kehidupan yang bisa dibilang lebih baik. Kita diciptakan untuk belajar, bukan?

Ah biarlah orang lain mengatakan aku sok dewasa, sok bijak, sok tua (padahal emang udah tua). Perlu kau ketahui, saat aku menulis ini sebenarnya aku sedang memberi semangat pada diri sendiri untuk tidak terus menerus mengeluh, tidak terus menerus merengek, dan tidak terus menerus mengatakan bahwa kehidupan menjadi anak kecil yang banyak memiliki waktu bermain lebih baik daripada kehidupan yang sedang dan akan kujalani, kehidupan yang sesungguhnya.

Setiap orang memiliki caranya masing-masing untuk mengembalikan semangat hidupnya.

Kamis, 04 September 2014

What I Think About Give Up

"When you want to give up remember why you started"
Iya sih bener kalimatnya, tapi itu untuk mereka yang memiliki alasan kuat ketika memulai. Kalau kasusnya tidak ada alasan khusus ketika memulai kemudian merasa nyaman dengan lingkungannya sampai lingkungan itu sendiri juga yang membuatmu menjadi tidak nyaman, lalu apakah masih bisa untuk bertahan. Biarkan aku berpikir, mencoba melawan hati yang rusak dengan pikiran jernih.

Terkadang hati yang terlanjur disakiti tidak sepenuhnya dapat terobati, tapi cobalah untuk mengurangi rasa sakit itu.

Semangat ya kamu!!! I Love You <3
*talking seriously with my lovely mirror*

Minggu, 17 Agustus 2014

Apa yang Kupikirkan Tentang Dulu

Malam ini aku berpikir tentang apa yang telah terjadi pada diriku beberapa bulan terakhir, atau mungkin setahun lamanya ya? Ah entahlah. Hal itu tentang perasaan, dulu aku tak pernah memperkarakan masalah hati, rindu, galau tak berujung, dan semacamnya. Dulu yang aku tahu cintaku hanya untuk abang seorang. Ketika aku melihat cowok-cowok berkeliaran di sekitarku ya biasa saja, tak ada istimewanya deh mereka itu karena cuma ada abang di hatiku, itu juga aku pikirkan hanya sesekali saja tidak terlalu sering atau sampai mengisi setiap detik kehidupanku.

Dulu, pada waktunya aku masa bodoh. Aku tak peduli apalah yang namanya friendzone. Aku hanya tahu bagaimana mencari teman sebanyak-banyaknya karena sudah tahu rasanya memiliki musuh di lingkungan dekat seperti apa. Dengan santai kujalani semua proses pertemanan, mulai dari yang ada setiap hari, membimbing di saat sedang sulit, sampai akhirnya mereka menghilang. Banyak sekali sahabat yang dulunya selalu ada kini menghilang.

Dulu bahkan sampai sekarang (mungkin) aku lebih suka berteman dengan mereka para lelaki, alasannya? Hem enggak ada alasan khusus sih, cuma dengan mereka aku jadi tahu perbedaan pertemanan antara lelaki dan perempuan.

Ah semua itu tentang dulu, sedangkan sekarang? Hari ini dan beberapa bulan atau satu tahun ke belakang rasanya aku sering sekali memikirkan yang dulu tidak pernah terpikir. Tentang hati, rasa suka, galau yang tak berujung, dan semuanya. Aku memikirkan masa lalu kemudian menghubungkan dengan hati. Kadang bertanya pada hati sendiri "mungkinkah dulu itu aku menyukainya? Atau justru dia yang menyukaiku"- kepedean aja dulu-.

Aku merasa kehilangan mereka, kehilangan karena mereka sudah tidak berkomunikasi lagi denganku atau karena aku merindukannya sebagai sosok yang kuharapkan. Ah entahlah, pikiran semacam ini mulai menggangguku. Apa aku mulai beranjak dewasa? Dari segi umur emang udah agak tua sih. Apa aku mulai harus memikirkan tentang cinta dan kawan-kawannya? Apa aku harus kehilangan sahabat lelakiku yang dulu pernah dekat denganku.

"Emang susah sih buat cowok dan cewek untuk sekadar sahabatan aja", ini kata seseorang. Apa itu emang enggak bisa? Atau jaman telah berubah karena kehidupan terus berputar.

Ah sahabat, di mana pun keberadaan orang-orang yang menganggapku sahabat aku harap tidak ada penyesalan di hati kalian karena pernah dekat dan bertukar pikiran denganku. Kalau menyayangimu dengan berlebih adalah sebuah kesalahan aku mohon maafkan aku. Terkadang keinginanku sederhana, yaitu bisa tertawa bersama dan pergi berlibur bersama dengan sahabat-sahabat lamaku. Tanpa ada rasa canggung, malu, jaim, deg-degan karena perasaan suka, dan hal-hal yang dapat memberi jarak pada kita. Ini berlaku untuk semua yang menganggapku sebagai sahabatnya dan yang kuanggap sebagai sahabat tidak terlepas dari mereka cowok atau cewek. Bagiku kalian adalah pewarna yang meninggalkan warna indah di kehidupanku. Terima kasih kalian semua.

Minggu, 10 Agustus 2014

Tragedi Menemukanmu

Aku sedang berjalan di koridor sekolah dengan terburu-buru. Seorang lelaki hampir paruh baya sedang menungguku di gerbang sekolah, beliau adalah ayahku. Ia membawakan kaos olahragaku yang tertinggal. Kesiangan yang membawa petaka.

Aku hampir tak dapat mengontrol kecepatan berjalanku, begitu pula saat menuruni tangga. Berjalan cepat setengah berlariku membawa kesialan baru. Kaki kiriku menginjak sepatu seorang gadis berkuncir kuda yang ada di depanku sampai ia terjatuh ke lantai.

"Semoga bukan kakak kelas", harapku dalam hati, sebagai anak baru masih ada rasa takut perlakuan kaka kelas di SMA ini seperti waktu SMP. Banyak kakak kelas yang mudah melabrak adik kelasnya, ah sudahlah itu bukan hal yang penting untuk dibahas.

"Maaf ya, aku enggak sengaja", ucapku ragu-ragu dan membantunya untuk kembali berdiri.
"Iya maafin juga ya kalau jalanku terlalu lambat", gadis itu sudah berdiri sejajar denganku.

"Anak kelas 10?", tanyanya. Aku sudah berpeluh rasa takut.

"I, iya", saking takutnya sampai tergagap.

"Kenapa jadi gitu? Aku juga kelas 10, kenalkan namaku Maya", dia mengulurkan telapak tangannya yang putih bersih.

"Aku Mona", perasaanku melega ketika tahu dia seangkatan denganku. Ah iya aku hampir saja lupa dengan tujuanku. Aku dan Maya berpisah di koridor bawah. Dia pergi ke arah koperasi sementara aku ke arah gerbang.

Setelah bertemu dengan ayahku aku segera kembali ke kelas, tak lupa berpamitan terlebih dahulu dengan ayah, lalu beliau mendoakanku dan berharap sifat lupa cepat menghilang. Semoga doamu terkabul, yah.

"Eh, kamu lagi", tegur gadis yang tidak sengaja kutabrak tadi.

"Wah ternyata kelas kita sebelahan ya", katanya.

Tiba waktu istirahat, aku berdiri di depan kelas sambil melihat ke arah lapangan di saat teman-temanku pergi ke kantin. Aku memang tak begitu tertarik dengan jajanan yang ada di sana. Gadis itu lagi, aku menghampirinya.

Kamu bertukar cerita hari itu. Ya ampun kalau diingat-ingat perkenalan awal kita sungguh seperti drama sinetron yang episodenya tidak habis-habis atau justru seperti cerita cinta instan di televisi.

"Lucu juga ya kita, kenalan gara-gara nginjek sepatu", kataku dan meminta maaf sekali lagi.

"Kalau enggak ada kejadian itu mungkin sampai sekarang kita belum saling kenal, kelasan kamu ansos gitu lagi", komentarnya.

"Ansos gimana?", tanyaku tak paham.

"Iya anti sosial banget kayanya sama kelas lain", aku baru tahu apa yang dipikirkan anak kelas lain tentang kelasku.

Aku dan Maya menjadi akrab dengan pembicaraan-pembicaraan kecil dan fakta yang kutahu ternyata dia satu SMP dengan sahabat lamaku. Sejak saat itu kami bersahabat, sering pergi bersama. Tidak hanya kami berdua saja, tetapi beberapa orang lainnya dari kelas yang berbeda hingga kami membentuk suatu komunitas bernama 'Sang Petualang' karena kami sering menjelajah ke tempat wisata ketika hari libur tiba.

Tulisan ini diikutkan dalam tantangan menulis @KampusFiksi #EhemKenalan

Jumat, 08 Agustus 2014

Bicara Pada Angin

Angin, bolehkah aku mendekatimu?
Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Bisakah kau sampaikan salamku pada mereka yang dulu pernah dekat denganku. Siapa pun itu, katakan pada mereka aku merindukan kehadiran mereka yang mengisi hari-hariku.

Angin, sejujurnya aku bingung hal apa tang sedang kuinginkan. Hanya saja kenangan-kenangan tentang mereka selalu terngiang di pikiranku. Aku sungguh menginginkan apa yang terputar di kepalaku terjadi lagi. Obrolan tidak penting dari mereka, ucapan basa-basi dari mereka, suara mereka, semua hal tentang mereka sungguh aku merindukannya.

Angin, mengapa kau diam saja? Tidak maukah kau membantuku? Atau permintaanku terlalu sulit? Baiklah kalau terlalu sulit, bisakah kau berhembus saja di pikiranku? Sapu segala kenangan mereka dengan hembusanmu itu karena aku mulai jenuh disinggahi kenangan tentang mereka.

Kau masih terdiam, lalu perlahan kau berhembus ke arahku, berputar-putr di telingaku seperti akan mengatakan sesuatu.

"Aku tidak harus menuruti maumu kan? Kau yang mengatakan sendiri menghapus kenangan bukanlah hal yang baik karena setiap kenangan adalah pembelajaran. Apakah kau mulai lupa?"

Aku tidak lupa wahai angin, hanya saja aku jenuh. Ah bagaimana aku harus mengungkapkannya? Aku merindukan mereka di situasi yang belum tentu mereka merasakan itu.

"Lebih baik kau berdoa untuk mereka, doakan mereka agar kehidupan mereka dari hari ke hari semakin baik, semakin sukses, dan tentunya bahagia. Mendoakan jauh lebih baik daripada berpikir untuk melupakan, bersyukurlah masih ada kenangan yang mau singgah di pikiranmu"

Jadi menurutmu mendoakan mereka adalah hal terbaik, angin?

"Lebih baik daripada kau terus menerus merasa gelisah, gundah, dan gulana seperti sekarang ini. Mengingat Allah SWT hal terbaik yang dilakukan kita sebagai makhluk"

Baiklah, terima kasih wahai angin.

"Terima kasih untuk apa? Bahkan aku tak memberimu uang sesikit pun. Nasihat itu sebenarnya ada di lubuk hatimu paling dalam. Aku hanya sekadar menyadarkanmu melalui hembusanku"

Kamis, 07 Agustus 2014

Masa Lalu

Pernahkah terbesit dalam benakmu ingin kembali ke masa lalu?

Halo.. untuk apa kau memikirkan masa lalu? Masa lalu tak seharusnya kau ingat-ingat, dia akan selamanya berada di belakang. Begitu kata sebagian orang yang kukenal ketika membicarakan masa lalu.

Bukankah kita ini termasuk produk dari masa lalu? Lantas mengapa kita tidak dibenarkan mengingat masa lalu? Mengapa masa lalu menjadi kenangan yang paling ingin dilupakan? Mengapa?

Menurutku begini:
Masa lalu akan selamanya berada di belakang itu benar, tetapi untuk melupakan masa lalu aku yakin tak semudah kalian mengucapkannya. Masa lalu yang seperti apa yang harus dilupakan? Ah aku pikir setiap kejadian di masa lalu tidak perlu kita lupakan, percayalah ada makna dan manfaat yang kita ambil dari masa lalu. Pernah mendengar pepatah kan yang mengatakan 'the best teacher is experience', coba kita pikirkan pengalaman ada di kehidupan kita yang lalu bukan? Artinya ada di masa lalu dan masa itu yang mengajarkan kita menghadapi masa depan.

'Gue benci sama masa lalu gue, kalau waktu bisa diputar gue bakal hapus bagian itu dari kehidupan gue', ketika tanpa sadar kita mengatakan hal itu dalam hati dan pikirkan sadarkanlah sesuatu. Apa yang kita capai, kebahagiaan yang kita raih hari ini adalah proses dari masa lalu. Bisa jadi kalau kamu tidak merasakan pahitnya masa lalu kamu juga tidak akan mendapatkan manisnya kebahagiaanmu hari ini.

Berpikir positif itu perlu. Segala energi positif membawa hari kita menjadi lebih baik, oleh sebab itu mari sama-sama kita selalu berpikir positif seperti akhlakuk karimah dalam Islam yang disebut husnuzhan, yaitu berprasangka baik. Ketika kamu selalu berpikir negatif itu hanya akan membuat hatimu lelah, memikirkan sesuatu yang sebenarnya tak perlu kau pikirkan, memiliki rasa dendam, terciptanya iri hati, dan masih banyak lagi akhlakul madzmumah yang akan timbul. Jadi, berbuat baiklah kepada siapa pun orangnya sesuai dengan kemampuanmu :)

Oh iya intinya masa lalu itu enggak harus kamu lupakan kok. Ambil yang baik dari masa lalu kemudian kembangkan dan untuk yang buruknya dijadikan pelajaran agar tidak terulang lagi dan dapat menjadi pribadi yang lebih baik.

Semuanya tergantung bagaimana kita menyikapi kehidupan ini. Memilih untuk tersenyum tulus atau tersenyum menyimpan amarah di dalam hati.

Tulisan ini untuk kamu, aku, dan semua orang yang mau hidup bahagia tanpa dendam maupun amarah.

Rabu, 06 Agustus 2014

Tentang Rindu

Assalamu'alaikum wr. wb.



Aku pernah membuat kalimat itu kemudian aku screenshoot setelah itu aku share di instagram. Aku tak mengerti apa tujuannya aku melakukan itu, hanya saja hal itu terus mengganggu pikiranku. Kadang aku berpikir tidak bisakah kita sehari saja dijauhkan dari topik cinta, rindu, atau galau. Jawab temanku 'susah'. Duh aduh padahal kan permasalahan kehidupan enggak melulu tentang tiga hal itu. Beri aku pencerahan please.

Sering sekali mendapat pesan di grup yang isinya 'gue kangen sama kalian', nah aku jadi bertanya-tanya perasaan kangen itu sebenarnya yang seperti apa. Rasanya aku belum pernah benar-benar merindukan seseorang atau itu hanya perasaanku saja karena kenyataannya aku justru sering merindukan orang. Hmm.. beri aku pencerahan, kumohon.

Ketika aku menulis 'sama, gue juga kangen' sebenarnya perasaanku biasa saja. Bagiku masih dapat berkomunikasi melalui sosial media itu cukup. Mungkin karena aku yang terlalu cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Ah tolonglah siapa pun itu beri aku pencerahan.

Waktu SD: gue bakal kangen sama lu pada, lu semua temen terbaik gue dan banyak banget kenangan bersama kalian yang susah dilupakan. (Real: waktu SMP ketemu teman baru, lambat laun kenangan SD tergantikan dengan yang baru)

Waktu SMP: saat perpisahan SMP aku bersama keempat temanku lainnya mulai menyadari selalu ada perpisahan setelah pertemuan, jadi kami biasa saja pada saat perpisahan.

Waktu SMK: kenangannya banyak banget sampai rasanya enggak mau pisah sama mereka, tapi sekarang mau ketemuan juga susah cari waktu yang pas.

Saat ditanya, "lu kangen enggak sama dia (temen SD)?", aku bingung harus jujur atau bagaimana. Sejujurnya biasa saja tak ada rasa rindu yang mendendam secara personal.

Ketika ditanya, "lu kangen enggak masa lu surat-suratan sama doi?", tanpa ragu aku menjawab iya kangen bahkan masih keinget sampai sekarang.

Lalu aku akhirnya bertanya pada temanku di grup, "sebenarnya bagaimana perasaan kangen itu? Rasanya aku tak merasakan itu, hanya saja memoriku suka memutar momen-momen kita bersama dan membuatku ingin kembali ke masa itu, tertawa lepas seperti tak memiliki beban bersama".

Salah seorang dari grup itu menjawab, "itu namanya rindu". Oh ternyata selama ini aku memang merasakan kangen atau rindu itu. Rindu yang kurasakan memang terhadap momen-momen yang telah tercipta dan menjadi masa lalu. Mengapa aku terlalu naif untuk mengakui suasana itu sebagai rasa rindu? No! Aku bukannya naif hanya saja tidak menyadarinya. Bedakan, oke? Hehe. Sekian untuk tulisan yang tidak jelas ini. In the last, I want to say 'Good Morning good people. Have a nice day :)'

Selasa, 05 Agustus 2014

Gala Premier Into the Storm

Assalamu'alaikum....
Alhamdulillah aku sudah mendarat dengan keadaan sehat. Eh emang aku dari mana ya? Maksudnya udah bisa rebahan lagi di kasur kesayangan yang berlokasi di depan televisi hehe...

Hari ini aku bersama dengan kawan bolang, kawan baik, kawan lama - ya apalah itu namanya- berpetualang di Jakarta. Jadi begini ceritanya (mulai bayangin). Kemarin aku iseng-iseng cari kuis gala premier, sebenarnya sih aku mau banget dapetin gala premier #FilmRememberWhen , tapi itu belum ada guys soalnya itu film enggak jadi tayang bulan ini. Akhirnya aku nemuin kuis untuk dapetin gala premier #IntoTheStorm . Kalau gala premiernya film Indonesia kan artisnya hadir, mungkinkah kali ini artisnya akan hadir juga? *lupakan*

Awalnya aku kira film ini akan ditayangkan di Plaza Senayan, aku bersama temanku itu pergi deh ke Plaza Senayan dari jam 17.30 (kira-kira) karena filmnya mulai jam 19.00 wib. Nah, sesampainya di Plaza Senayan pukul 18.30 itu juga setelah berputar-putar memikirkan kendaraan, dari yang niat awal mau naik kopaja 615 atau 19 eh akhirnya naik transjakarta dan turun di Bundaran Senayan. Ini sudah mengikuti prosedur 'Malu bertanya sesat di jalan' sampai ke 'Banyak bertanya malu-maluin', maklum ya meski kami sudah 19 tahun hidup di Jakarta, tapi ini baru pertama kalinya masuk mall mewah Plaza Senayan *norak bingit*.

Okay, akhirnya sadar tidak ada tanda-tanda yang akan menonton film #IntoTheStorm segera aku membuka twitter (dari sanalah aku mendapat dua tiket gratis itu). Waduh, ternyata kita salah tempat.

"Harusnya di Plaza Indonesia bukan Plaza Senayan", ucapku. Akhirnya kami segera pergi lagi. Niatnya mau naik taksi (serius kepikiran) terus kami melihat kopaja 19 akhirnya kami memutuskan untuk naik itu. Berkali-kali melihat jam di handphone. Oke sudah dipastikan akan terlambat, kukabarkan pada admin twitter yang mengadakan kuis bahwa aku akan terlambat, alhamdulillah dimaklumi. So kind of you, min.

Sampailah kami di Plaza Indonesia pukul 19.12, lalu kami berputar-putar mencari XXI yang menurut penjaga meja informasi ada di lantai 6. Baiklah untuk ke sekian kalinya kami berdua kebingungan mencari eskalator atau elevator yang menuju ke lantai 6, ini mentok di lantai 4 coba. Bertanya lagi pada mbak-mbak cantik penjaga toko apalah itu tak tahu, Ia memberi arah bahwa kami harus ke lantai 3 lagi baru naik dari eskalator sebelah kanan.

Akhirnya sampai juga di Cinema XXI, duh teman bolang kehausan, tapi filmnya sudah berjalan. Kami memutuskan untuk langsung masuk saja ke teater 3. Maafkan aku sob, membuatmu lelah. Kami menikmati ketegangan film itu. Seru loh. Mau deh nonton lagi versi 3D.


Ini bukti visual aku udah nonton sama temenku.
#AkuGendut #AkuRapopo

Selesai dari menonton niatnya mau ke Blok M Plaza biar jadi perjalanan Trip to Three Plaza (Plaza Senayan yang cuma numpang ngadem di XXI, Plaza Indonesia, dan Blok M Plaza yang cuma jadi niat). Bus 19 tidak ada, oke fix kami naik metro mini 640 kemudian turun di lampu merah Kalibata (niat sebelumnya mau ke UNAS atau Penvill). Sampai Kalibata udah pada tutup akhirnya hanya membeli minum, baiklah kami akan ke UNAS mencari makan. Lihat jam sudah pukul 22.30. Baiklah kami akan kembali ke rumah saja karena sudah malam. Perjalanan yang unik.
Hikmahnya, alhamdulillah tiket nonton yang kudapat dari kuis dapat terpakai juga. Jadi ingat waktu aku mendapat premier Bidadari Surga tidak terpakai karena sedang ujian (ada di blog kok ceritanya), premier #Comic8 (Lagi ada pelatihan, kasih ke temen eh dia enggak bisa dateng juga), tiket Aku Cinta Kamu (Ini karena cuma 1 tiket), Manusia Setengah Salmon (akhirnya aku kasih temen sekolah karena ada jadwal tambahan kuliah), #AbsourdTour (ah enggak jadi lihat kemal karena harus mempersiapkan diri untuk ujian masuk PTN). Sekian banyaknya tiket yang terbuang sia-sia (kecuali Manusia Setengah Salmon), that's why I was happy today. Hehe.

Kamis, 31 Juli 2014

Kan Kubuktikan Padamu

Flash Fiction ini ditulis untuk
mengikuti program #FF2in1 dari
nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Hari ini aku merenungi apa yang pada diriku. Mendapat nilai D sungguh buruk, aku tak percaya aku akan menerima hasil itu hasil yang tak pernah kuharapakan sebelumnya. Sebelum hari ini aku sudah berdoa agar tidak mendapat nilai seburuk itu, namun keadaan mengatakan lain.

"Ini pasti ada yang salah, oh iya aku terlalu menyepelekan tugasku sebagai seorang mahasiswa. Tidak belajar dengan sungguh-sungguh hingga mendapatkan angka dan huruf yang fantastis", ucapku dalam hati ketika memikirkan apa yang baru saja kulihat.

Semua orang menganggap kekuatanku mulai melemah. Tidak ada lagi aku yang pintar, pandai, yang mendapat nilai selalu baik. Bahkan orang tuaku sendiri seperti tak lagi percaya bahwa aku akan bangki. Keadaan sekitarku membuatku melemas. Tak adakah satu dukungan untukku?

"Ah payah lu", bahkan pikiranku sendiri mulai mengecilkanku akibat ini.

Aku berjanji akan berusaha lebih baik dari ini. "Yakin lu bisa?", begitu kata pikiran negatifku. Aku percaya akan bisa.

"Semester besok jangan sering pulang malem, percuma pulang malem hasilnya jelek seperti itu", mamaku mulai berkurang rasa percayanya padaku.

"Tapi ma, aku sudah berkomitmen pada sebuah kegiatan", ucapku dengan wajah memelas.

"Terserah kamu, mau lulus tepat waktu dan bahagiain mama atau enggak", ma tolong ngertiin aku.

Lalu aku mencari solusi, ah aku memang harus membuktikan pada mamaku agar beliau dapat kembali memercayaiku sebagai anaknya yang baik. Aku akan membuat program belajar teratur dan tidak melanggarnya sehingga aku tetap dapat berprestasi di kepadatan jadwalku. Maafkan aku ma telah membuatmu kecewa, tapi percayalah aku akan memenangkan hatimu lagi. I'm gonna win. I believe that I'm gonna win. Man Jadda Wa Jada.

Pertemuan Kecil


Flash Fiction ini ditulis untuk
mengikuti program #FF2in1 dari
nulisbuku.com di Facebook dan Twitter
@nulisbuku 

Malam ini begitu indah, ada beberapa bintang terlihat mengerlipkan cahayanya menghiasi langit gelap. Begitu indahnya, tapi kenapa aku tidak dapat tersenyum melihat itu semua? Adakah yang salah dengan diriku?

Teringat suatu peristiwa siang hari tadi ketika aku akan berkunjung ke rumah saudaraku. Aku kembali dipertemukan olehmu, Sepasang mata kita saling bertemu, oh mata itu begitu indahnya dan masih membuat jantungku berdebar kencang sekencang ombak di laut.

Apa kabar dirimu? Masihkah kau mengingatku? Aku masih di sini setia menantimu. Mungkinkah kau akan mendengarkanku bila kukatakan padamu apa yang kurasakan? Aku resah dan gelisah setiap kali mengingatmu. Kau begitu istimewa untukku. Mungkinkah aku memiliki posisi yang sama untukmu?

Percayalah padaku bila ada satu nama kurindu, akan selalu namamu yang tersebut di hatiku. Nama yang lain tak cukup mampu mengganti namamu yang sudah lekat di hatiku. Percayalah padaku.

Inspired by : Seperti Bintang - Yovie and Nuno

Senin, 28 Juli 2014

Tentang Shalat Ied

Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh :)
Salam selamat untuk kalian semua yang mengunjungi blog saya, kalau tidak ada pengunjungnya ya sudahlah tak apa, saya maklum kok karena saya bukan orang terkenal yang setiap kali ngetweet berkesempatan menjadi trending topic. Saya hanya orang biasa saja dengan segala keterbatasan saya. Hehe..

Pembukanya kepanjangan ya, oh iya apa kabar ya untuk mengurangi sedikit rasa kangenku menulis blog dan dalam rangka menambah postingan, akhirnya saya memutuskan untuk menulis tentang hari ini. Mengenai hari lebaran yang sama-sama kita rayakan bersama, mulai dari shalat Ied, saling memaafkan, silatturahim, sampai saling memberi salam tempel.

Sebenarnya aku bingung saat melakukan shalat Ied tadi pagi, kenapa? Alasannya adalah karena banyaknya jamaah sholat yang langsung pergi meninggalkan masjid setelah salam padahal kan ada ceramah dari khatib. Benak saya mulai bertanya-tanya, kenapa mereka tidak mendengarkan ceramah terlebih dahulu? Padahal jika mereka ingin mendengarkannya akan ada manfaat yang mereka dapatkan karena temanya tentang kembalinya jiwa yang bersih. Pertanyaan paling mengena di hatiku adalah saat khatib mengatakan "yang menjadi pertanyaan adalah kapan terakhir kali kita mensucikan jiwa kita?". Khatib juga menjelaskan tentang apa yang kita kerjakan selama bulan Ramadhan hanya menjadi rutinitaa belaka (sahur - puasa - buka - tidur), harusnya ada niat dalam hati untuk melakukan perubahan. Jangan juga menjadikan lebaran hanya sebagai tradisi dan rutinitas (shalat Ied - maaf-maafan - mudik). Nyatanya, saat itu, saat aku mendengarkan cermah itu justru aku melihat apa yang dikatakan rutinitas oleh khatib. Para jamaah hanya melakukan shalat Ied kemudian pulang.

Teringat waktu di MI (Madrasah Ibtidaiyah) saat ujian kenaikan kelas, ada soal seperti ini:
"Sebutkan perbedaan shalat Ied dan shalat Jumat!"
Salah satu jawabannya adalah shalat jumat ceramahnya ada di waktu sebelum shalat sedangkan shalat ied ceramahnya setelah sholat.
Aku berpikir, kenapa perbandingannya antara shalat ied dan shalat jumat? Mungkin karena keduanya sama-sama shalat di hari raya Islam ya. (Jumat = hari raya mingguan, ied = hari raya yang ada dua kali dalam satu tahun). Kemudian aku mengembangkan pikiranku berarti keutamaannya sama ya? Kalau dalam shalat jumat wajib mendengarkan ceramah berarti seharusnya saat shalat Ied juga dong? Kalau saat mendengarkan ceramah shalat jumat tidak boleh bersuara berarti shalat Ied juga mendapat perlakuan yang sama dong?

Aku bingung, sepertinya aku harus mencari tahu hukum mendengarkan ceramah setelah shalat Ied. Seingatku dulu pernah ada yang mengatakan padaku kalau tidak mendengarkan ceramah setelah shalat Ied, maka shalatnya tidak lengkap atau sempurna. Wallahu 'alam.

Kalian yang membaca ini boleh meninggalkan komentar, apalagi kalian memiliki jawaban yang tepat atas pertanyaanku ini. Media sosial kita gunakan sebaik-baiknya untuk berbagi pengetahuan yuk :)

Sabtu, 03 Mei 2014

Pasaran deh ah

Hai selamat bertemu lagi.
Selalu begini, menghilang lama dan mengabaikan blog padahal dulu janjinya apa? (Ngomong di cermin).

Hari ini gue download app baru lho, namanya Bloggeroid, sepertinya bagus deh buat nge-blog harian. Postingan ini sebagai percobaan juga lho.

Gue mau membahas apa ya? Hem, mau tanya deh pernah enggak sih melihat suatu benda yang awalnya lu liat jarang eh sekarang jadi pasaran? Gue punya cerita tentang ini. Jadi waktu masuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis, gue cuma tahu motor warna merah putih itu punya temen gue seorang yang statusnya adalah my first crush. Waktu di sekolah kejuruan gue enggak pernah lihat motor warna itu, begitu pula di kampus. Jadi gue gampang nandain motor temen gue itu karena jarangnya motor seperti itu.

Pernah berpikir seru juga ya kalau bisa naik motor langka apalagi diboncengin sama dia dan status dia sudah berubah dari teman menjadi ah sudahlah.

Tuh lihat kata spongebob aja begitu, manajemen hati oy manajemen hati inget.

Well, akhirnya gue memutuskan untuk move on dari dia, melupakan dia perlahan walaupun enggak yakin bisa sih. Eh di saat-saat seperti ini gue malah sering melihat motor berwarna merah putih seperti miliknya. Ini maksudnya apa? Gue enggak boleh move on atau apa?
Setiap kali gue jalan dan melihat motor itu, ingatan gue langsung terkoneksi tentang dia. Ada apa ini? Kenapa barang yang tadinya gue pikir langka seperti komodo sekarang menjadi banyak seperti ikan di pasar? Weird.

Satu hal yang gue ambil pelajaran 'kalau suka sama orang jangan hafalin semua benda dia, bisa-bisa lu selalu teringat tentang dia ketika lu berada di berbagai tempat dan menemukan barang serupa. Hal itu akan menyulitkan lu untuk bergerak melupakan dia'.

posted from Bloggeroid