Sabtu, 22 September 2012

I'm not Lost

Beberapa hari yang lalu aku putus dengan pacarku. Asli masih terasa patah hatinya hingga hari ini, tiga bulan setelah kejadian itu. Setiap malam tidurku terasa tidak nyenyak entah kenapa hal itu kubiarkan terlalu lama menjadi keseharianku. Aku terlalu galau padahal dulu aku tidak sebegininya.

Ah aku suka uring-uringan sendiri bila memikirkan pertanyaan yang sering berputar dalam otakku. "Mengapa dia begitu pengaruh dihidupku?", pertanyaan itu pertanyaan yang sulit untuk kujawab.

Di tengah kegalauanku ini rupanya ada seseorang yang diam-diam memperhatikanku dari jauh. Tidak, dia tidak jauh dariku. Perhatiannya begitu dekat hanya tak pernah kulihat dan kuanggap hingga kuanggap dia jauh.

"You're not lost", begitu katanya, aku tak percaya ada orang yang tak pernah kuanggap namun masih tetap dan masih mau memperhatikanku bahkan dikala aku merasa patah hati karena orang lain.

Aku tahu I'm not lost because I beside you now and forever. Mulai detik ini aku berjanji tidak akan mengacuhkan orang-orang yang telah membiarkan dirinya memperhatikanku secara penuh. Terima kasih atas perhatianmu, kini aku merasa tidak lagi sendiri.

MICHAEL BUBLE - LOST

Maafkan Aku

Hari ini aku sempat berdebat tidak jelas dengan ibuku, rupanya hal itu membuat ibuku merasa kesal denganku. Apa sih salahku apa aku tidak boleh berpendapat? Apa aku hanya boleh mendengarkan saja?

"Kalau dibilangin selalu bantah, kapan sih dengerinnya?", oke kalimat itu sudah sering terucap olehnya dan aku selalu sakit hati mendengarnya. Tanpa bermaksud sebelumnya aku justru menanggapi kemarahan mama dengan cara yang mungkin tidak disukai beliau, tapi jujur kalau aku jadi beliau mungkin aku akan melakukan hal yang sama.

Lalu aku pergi ke kamar menangis sejadi-jadinya, aku selalu disalahkan olehnya, sedang adikku dibela terus. Aku tahu adikku lebih berprestasi dariku, tapi apakah itu berarti semua yang kulakukan salah? Ah aku tak mengerti.

Aku mengambil album foto dan melihat beberapa lembar foto, air mataku semakin luruh. Album itu telah usang namun meninggalkan sejarah hidupku yang begitu panjang. Aku melihat mama menggendongku dengan penuh cinta tapi hari ini aku membuatnya kesal dan seperti menyesal memiliki anak sepertiku. Di lembar lain aku melihat gambar mama sedang menyuapiku dengan perhatiannya.

Semua pengorbanan mama padaku begitu besar, kata orang-orang dulu aku begitu disayangnya aku begitu dimanja olehnya. Aku adalah anak kebanggaan mama kata orang-orang, namun dengan mudahnya aku men-judge mama hari ini. Aku mengatakan mama pilih kasih, aku mengatakan mama selalu menyalahkanku tak pernah mau mengerti aku, bahkan aku sadar seringkali tak kuhiraukan nasihatnya.

Mama seandainya kau tahu isi hatiku aku sangat menyesal telah melakukan itu padamu, aku lost control. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu, dengarkanlah isi hatiku ini ma.

"Lebih sakit dilawan anak yang sudah besar karena harusnya dia sudah berpikir", itu ucapmu sebagai amarahmu. Meski kau ucapkan itu dengan lembut namun aku tahu kau begitu kecewa denganku.

Mama maafkan aku, bukannya aku tak peduli denganku. Aku sungguh sangat menyayangimu hanya saja kadang kita berbeda pendapat. Kau tak terima aku pun tak terima jadilah kita berdebat seperti hari ini. Aku ingin sekali membisikkan di telingamu bahwa aku selalu menyayangimu setulus hati, aku selalu mengenangmu dalam hati. Aku selalu berusaha membuatmu bangga padaku meski hingga hari ini belum ada hal yang dapat kubanggakan padamu. Maafkan anakmu.

POTRET- BUNDA

Kamis, 20 September 2012

Sempat Memiliki

Riska termenung di jendela kamarnya sambil menikmati indahnya malam dihiasi gemerlap bintang gemintang. Dia teringat seseorang yang sempat mengisi hari-harinya, Ray. Ah, kenapa dia masih selalu terbayang akan sosok Ray?

"Ris, aku harus pergi aku mau melanjutkan studi di luar", begitu katanya sebelum Ray benar-benar pergi.
"Baiklah aku akan selalu mendukungmu", Riska berharap tak ada sesuatu pun yang terjadi hari itu, ia ingin semuanya seperti ini saja.
"Sepertinya hubungan kita cukup sampai di sini saja, aku senang mengenalmu selama setengah tahun ini, akrab denganmu, berbagi cerita denganmu, dan semua yang telah kita lalui bersama", itu ungkap Ray, Riska tak pernah memikirkan kalimat itu akan muncul dari bibir Ray.
"Kenapa harus berakhir? Bukankah kita masih bisa melanjutkan hubungan jarak jauh?", Riska sudah terlalu dalam dengan rasa sayangnya, ia tak mau kehilangan Ray secepat itu.
"Enggak bisa Ris, aku enggak yakin dengan hubungan itu, aku tahu kamu bisa dapetin yang lebih baik dariku", Ray menegaskan.
"Baiklah kalau itu maumu, aku akan menuruti", Riska tak tahu harus mengatakan apalagi selain kalimat persetujuan, ia yakin ia tak memiliki pilihan lain.

Malam ini Riska teringat lagi akan hari itu, hari sebelum keberangkatan Ray ke Jerman. Ia sungguh rela melepas kepergian Ray apalagi itu cita-cita yang sangat diimpikan olehnya. Namun, hati Riska masih berharap keajaiban datang padanya. Sebulir rindu telah menggunung di hatinya, bahkan kini hatinya bertanya-tanya apakah di sana Ray juga merindukannya? Apa kabarnya dengan Ray? Selama hampir satu tahun tak ada kabar darinya, apa mungkin Ray sudah memiliki pendamping lain?

Riska merasakan hatinya hancur luluh lantah atas kejadian itu, namun Riska bisa apa? Yang ia tahu Ray masih membawa pengaruh di hidupnya, ia merasa Ray adalah separuh nafasnya. Riska masih dapat merasakan Ray tetap berada di benaknya meski ia tahu belum tentu di hati Ray seperti itu. Pada akhirnya Riska merasa beruntung sempat memiliki Ray sebelum ini.

YOVIE N NUNO - SEMPAT MEMILIKI

Eriska's Phone Number

-->
              Riska berjalan pulang sendiri, sudah jelas dia tidak memiliki kekasih seperti ketiga sahabatnya yang selalu pulang diantar pacarnya. Hari ini Riska terlihat tak seperti biasanya, ia suntuk teramat suntuk justru. Ia menendang batu-batuan tanpa arah tak menentu, dan satu batu mendarat di kepala seseorang.
            “Aduh”, teriak orang tersebut, lamunan Riska segera buyar dan ia cepat-cepat menghampiri orang tersebut.
            Orang itu menggaruk-garuk kepalanya yang tertimpuk tendangan Riska. Riska yang merasa bersalah segera meminta maaf. “Maaf-maaf”, Riska memohon-mohon.
            “Oh kamu yang nimpuk batu?”, suara cowok itu meninggi.
            “Tadi keasyikan nendang, maaf banget ya”, Riska sedikit takut mendengar suara tinggi itu, ia seperti takut diterkam macan kelaparan.
            “Sudah dong sudah enggak enak dilihat banyak orang”, melihat Riska yang all out dalam memohon maafnya pemuda itu menjaid risih.
            “Maafin ya”, Riska mengumbar senyum kepada cowok itu, sepertinya Riska tidak pernah melihat cowok itu di sekolah, lalu anak mana pemuda berseragam putih abu-abu ini.
            “Iya enggak apa-apa, oh iya kamu anak SMU Cempaka?”, tanyanya diikuti senyum yang sangat menawan. Hal sekecil itu ternyata membuat hati Riska berdesir kuat, ia belum pernah melihat senyum semanis itu dan dikeluarkan oleh cowok setampan cowok di hadapannya.
            “Iya, lha kamu sendiri anak Cempaka?”, Tanya Riska biasa.
            “Bukan, aku anak Garuda, hehe. Kenalin, nama aku Ray”, Diulurkannya tangan itu, Riska tidak percaya secepat itu pemuda yang tertimpuk karenanya memperkenalkan diri.
            “Oh ya, aku Eriska. Kirain anak Cempaka juga, tapi rancu juga sih soalnya aku enggak pernah lihat kamu”, Riska masih santai berjalan di samping cowok itu.
            “Ah masa? Aku sering kok lihat kamu, ternyata kamu kurang perhatian nih sama sekitar hehe”, tawa cowok itu begitu renyah di telinga Riska, ia semakin ingin sering mendengarnya tertawa.
            “Apa iya sih? Kok aku enggak nyadar ya sering ketemu cowok cakep kaya kamu”, ups Riska kelepasan memuji cowok itu, semoga cowok itu enggak kepedean.
            “Haha udah banyak sih yang bilang aku cakep. Emm, kamu juga cantik kok Riska”, tuh kan tertawanya sudah mulai membuat Riska ketagihan lagi dan sekarang wajah Riska memanas seperti ada laser yang menyentuh wajahnya, pertanda apakah ini?
            “Aku gampang terbang kalau dipuji, tapi makasih loh. Senang berkenalan denganmu”, Riska melambaikan tangannya karena ia sudah harus naik angkutan umum untuk segera sampai rumahnya.
            Hari itu rasa yang aneh mulai terbit di hati Riska, sejak kejadian hari itu ia semakin sering bertemu dengan Ray. Ini pembuktian bahwa sebenarnya mereka sering berpapasan hanya saja Riska kurang peduli.
“Ya Tuhan beginikah rasanya jatuh cinta? Banyak hal-hal mengejutkan yang tumbuh dari dalam hati? Hatiku merasakan desiran kencang seperti di gurun pasir, wajahku memanas tanpa sebab, hatiku suka merasa berdetak lebih cepat, dan yang pasti aku ingin selalu di dekatnya untuk mendnegar suara dan tertawanya. Begitu nyaman berada di sisinya Tuhan”, Riska berbisik dalam hati. 
            "Ray, ini nomorku disimpan ya", Riska memberikan secarik kertas yang berisi deretan angka di dalamnya.
            "Untuk?", Ray terlihat heran dengan Riksa yang berbuat tiba-tiba.
            "Call me maybe", Riska memberikan senyuman genitnya sebelum ia menghilang ditelan bus kota.
            "Wait me", Ray mengatakan itu namun Riska tak mendengarnya lagi.


CARLY RAE JEPSEN - CALL ME MAYBE


Selasa, 18 September 2012

Aku dan Sempurna

Hari ini kayanya gue lagi mau mencurahkan apa yang ada di pikiran gue deh. Ya sesuailah dengan judul blog gue "What's On My Mind", gue ngerti kok kalau ada yang bilang gue nyontek sama facebook. Oke, mas Mark izin coppas ya, baik deh kamu (ih apa deh nih kalimat pembuka).

Kenapa ca judulnya aku dan sempurna? Sebab musababnya adalah karena gue lagi bete banget sama sempurna hari ini. Gara-gara pertanyaan Arif sih yang bikin gue mendadak ngutu, tak bergerak, tak bersuara, bingung, rasanya kaki udah gemeteran, suara gemeteran, muka udah panik setengah apa deh terserah. Tapi kayanya enggak ada yang perhatiin itu deh, gurunya pun tidak, apalagi Arif yang terkenal sebagai gudang pertanyaan. Jujur aja, gue enggak yakin tuh Arif dengerin, kalau dia dengerin enggak mungkin deh dia nanya dulu judul novel yang gue parafrasakan.

Ya emang sih gue akuin banget kalau gue yang salah di sini karena gue enggak terlalu nguasain ceritanya, sebenarnya bukan enggak kuasain sih, cuma nervous yang menguasai gue saat itu. Udah gue ngutu kaya gitu, gurunya enggak ngertiin dia maunya gue jawab pertanyaan Arif dan setelah gue jawab malah diketawain apes ah.

Ketika perjalanan pulang gue mikir (cie punya pikiran), kenapa tadi enggak gue jawab asal aja, kenapa gue harus mikirin jawaban yang sesuai dengan apa yang ada di dalam novel? Toh gurunya enggak baca itu novel meski beliau memerhatikan apa yang gue ceritain.

Pada akhirnya gue kepikiran harusnya gue bisa jawab dengan alasan:
1. Novelnya sempurna karena dibumbui oleh kisah benci dan cinta yang membuat kehidupan para tokoh menjadi sempurna.
2. Sempurna karena dengan adanya kejora di kehidupan Awang dapat mengubah perasaannya, mengobati luka hatinya, membuatnya merasakan kembali jatuh cinta pada orang lain. Semua itu membuat hidup Awang lebih sempurna dari sebelumnya.
3. Novelnya sesempurna dengan isinya yang berisi paket lengkap, yaitu paket humor ada, paket emosi ada, paket romantis ada, dan semuanya terasa sempurna.

Kenapa gue enggak jawab kaya gitu coba? malah ngutu, diem, stuck enggak jelas, cuma maju mundur memikirkan apa tagline di bawah judul sempurna karena dirasa itulah jawaban sesungguhnya. Oke sekarang gue inget tagline-nya adalah "Karena mencintaimu tak memerlukan alasan", iya cinta memang tak memerlukan alasan karena itulah cinta terasa sempurna bagi yang merasakannya. Oke fix Sempurna bikin galau.

Special thanks to nonier yang udah bikin novel sempurna yang akhirnya gue pilih untuk diresensikan, lalu untuk guru bahasa dengan tatapan sindirannya, tak lupa untuk Arif yang udah melontarkan pertanyaan jahatnya, dan satu lagi buat Rosi yang ada di depan gue, yang menambah rasa tegangan tinggi di diri gue (kamuflase). Hehe. Thanks for today, semoga enggak nervous lagi deh, biar pede dan enggak gemeteran.

Senin, 17 September 2012

Tiada Arti

Lano, satu nama itu masih dalam ingatanku. Dia adalah bagian masa laluku, betapa kuingat saat-saat aku dan dia bersama-sama. Meski kuingat benar bagaimana kebersamaan kami, hanyalah kebersamaan yang (mungkin) tak berarti baginya. Aku mengingatnya selalu, bahkan seringkali aku menginginkan waktu berhenti sedetik saja ketika aku berhasil menangkap wajahnya persis di depan wajahku.

Dulu, adalah hal terindah yang kulalui bersamanya, namun masa lalu memang akan selalu di belakang dan tak akan pernah dapat kubawa ke depan bersama masa depan yang kuinginkan. Dia bahkan tak ingin melihatku lagi, sungguh berbanding terbalik denganku yang selalu merindukan kehadirannya.

Aku mencoba begitu keras untuk melupakannya, aku mencoba begitu keras untuk mengenyahkan bayangnya dari kepalaku, namun apa daya? Aku belum benar-benar mampu melakukan itu, walaupun banyak kata menyakitkan yang sengaja dilontarkannya untukku. Begitu menyakitkan.

"Mati aja Lo!", itu kalimat yang paling aku ingat ketika aku bermaksud meminta maaf padanya. Padahal aku sendiri tidak tahu persis apa salahku padanya, yang kutahu dia menganggapku terlalu bermasalah di kehidupannya untuk itu aku meminta maaf padanya.

Sekarang aku yakin sebesar apapun usahaku untuk mengubah masa lalu semuanya akan sia-sia saja. Masa lalu memang tidak akan bisa diperbaiki sekecil apapun itu. Ini semua telah berakhir, berhenti berharap untuk yang tidak pasti

LINKIN PARK - IN THE END

Tak Kan Terganti

-->
Telah lama ku sendiri, semenjak keputusanmu meninggalkanku dan semua kenangan yang pernah terjadi di antara kita. Aku hamper lupa kapan waktu persis kau benar-benar meninggalkanku? Karena sampai saat ini bayangmu masih seutuhnya dalam ingatanku.

“Apa belum kau temukan pengganti dirinya?”, begitu Tanya salah seorang sahabatku, sepertinya dia sedikit prihatin melihatku yang setiap malam minggu seperti ini hanya ditemani laptop beserta modem untuk internetan.

“Kenapa sih selalu pertanyaan itu yang muncul? Suatu saat nanti pasti kan kau dengar kabar bahagia dariku kok hehe”, semoga kata-kata itu mampu menghibur sahabatku, tepatnya diriku sendiri.

“Lagian kamu itu udah kaya enggak ada makhluk lain di dunia ini, setia banget sama dia padahal dianya udah entah ke mana”, cibirnya, aku mengerti maksud dari perkataannya. Ia memintaku untuk membuka hatiku untuk orang lain.

“Mau giamana lagi? Cintaku mentok di dia Lan”, akhirnya aku hanya bisa pasrah menerima keadaan yang ada. “dia masih menjadi cahaya malam yang indah yang menerangi gelapnya hatiku”, lanjutku dalam hati sebab aku tidak mau julukan jones benar-benar melekat pada diriku seumur hidup.

Kerap kali aku mengutuk diriku sendiri karena masalah ini, masalah hati memang sulit dicerna dengan baik. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun pun mulai berganti tahun seiring dengan jalannya waktu. Namun, aku masih berada di tempat yang sama, jalan di tempat bersama kenangan itu.

“Andai kau tahu bahwa hanya kaulah yang ada dalam relungku hingga saat ini, bahkan aku rela dijuluki ‘jomblo ngenes alias jones’ oleh sahabat-sahabatku. Andai engkau tahu betapa aku merindukan setiap detik bersamamu, setiap kali kau memanggilku dengan sebutan ‘manisku’. Andai engkau tahu bahwa rasaku untukmu tak pernah sedikitpun berubah bahkan seujung kuku sekalipun. Andai kau tahu tiada yang lain yang mampu membuatku benar-benar merasakan cinta seperti ini, cinta sejati”, begitu hatiku mencurahkan apa yang dirasakannya. Ia sepertinya mulai lelah.

Aku pun sadar sampai saat ini aku tak pernah lelah untuk menunggunya, cintaku padanya teramat besar, sayangku telah lekat padanya. Rasanya tak akan ada yang mampu mengubah perasaanku ini padamu karena kau bukanlah sekadar indah bagiku. Kau tak akan terganti oleh siapapun orangnya. Andai engkau tahu sebegini dalamnya cintaku padamu. Semoga kau secepatnya menyadari itu wahai yang terindah.

Semoga kita dipertemukan kembali untuk saling melengkapi.

KAHITNA - TAK KAN TERGANTI

Aku Tak Pernah Kau Anggap

-->
Beberapa bulan yang lalu aku merasakan lagi bagaimana indahnya jatuh cinta itu. Cinta, cinta, dan cinta entah mengapa satu kata itu seringkali diucapkan oleh orang-orang. Mulai dari yang dewasa sampai ke anak kecil sekalipun.

“Jatuh cinta? Siap-siap aja ya”, begitu kritik temanku saat aku menceritakan tentang hatiku yang berbunga-bunga.

“Kenapa emangnya?”, aku yang kali pertama merasakan jatuh cinta rasanya masih awam akan hal ini.

“Jatuh cinta itu patah hati yang tertunda neng, tapi itu menurutku sih, semoga enggak kejadian sama kamu ya. Kasihan kamu masih terlalu polos untuk mengenal pahitnya cinta”, rasa ibanya terlalu berlebihan bagiku.

Enam bulan aku menjalani jalinan kasih dan sayang yang lebih akrab dengan sebutan pacaran. Selama enam bulan itu aku mulai belajar mengerti cinta, tentang manisnya cinta bahkan pahitnya cinta pun telah kurasakan.

Aku tak menyangka hal ini dapat terjadi di awal perjalananku mengenal arti cinta. Enam bulan aku menjalin status dengannya namun empat bulan dia bersama yang lain pula selain aku.

“Aku enggak nyangka akan merasakan hal sesakit ini? Enggak nyangka kesetiaanku ternyata dibalas dengan pengkhianatan seperti ini”, aku menangis tersedu dalam pelukan sahabat setiaku.

“Semuanya memerlukan ujian, mungkin ini ujian pertamamu dalam mengenal cinta. Jangan sampai kamu terlarut dalam kekecewaanmu hingga akhirnya kamu memutuskan untuk membenci semua laki-laki di dunia ini”, nasihatnya begitu menyentuh hati.

“Enggaklah, aku enggak sejahat itu kok. Aku yakin pasti banyak lelaki yang bertabiat baik dan itu sudah pasti bukan dirinya”, aku menyeka air mata yang tak dapat dihentikan alirannya. Mengucur begitu saja seperti air terjun.

Rasa kecewa memenuhi jiwaku, meski dia telah datang padaku dan meminta maaf, aku sendiri sudah mengatakan ‘aku telah memaafkanmu’, namun rasanya sulit sekali bagi hati nurani menerima keadaan yang sebenarnya.

“Kenyataan memang pahit”, aku ingat benar bagaimana sahabatku menjelaskan kalimat itu. Aku masih tenggelam dalam lautan luka yang teramat dalam. Bagiku pengkhianatan ini sulit termaafkan, entah kapan aku benar-benar mampu bangkit dalam kehampaan ini. Aku merasa dialah separuh jiwaku, aku tanpanya seperti butiran debu yang tak berarti apa-apa. Meski kenyataannya dia tidak pernah menganggapku apa-apa.


RUMOR - BUTIRAN DEBU

Minggu, 02 September 2012

Sunshine Becomes You

"Walaupun tidak ada hal lain di dunia ini yang bisa kau percayai, percayalah bahwa aku mencintaimu. Sepenuh hatiku".

Pasti tahulah kalimat itu, yep kalimat itu emang kalimat andalan yang ada di novel sunshine becomes you. Hayo siapa yang udah baca? ngacung deh ngacung. Yang belom baca cepetan baca deh, dijamin enggak nyesel pernah baca novel setebal 432 halaman.

Ilana Tan memang selalu sukses meninggalkan kesan kepada para pembacanya. Tetralogi 4 musim miliknya pun mampu membuatku tercengang akan jalan ceritanya, sukseslah buat penulis indonesia. Semangat.
Nah, sekarang saya mau ceritain sedikit tentang isi novel tersebut ya. Boleh kan? bolehlah, jelas-jelas ini blog pribadi saya, siapa juga yang berani melarang? hehe.

Alex Hirano merupakan pianis terkenal sekaligus kakak dari Ray Hirano. Ray Hirano kebetulan suka sama gadis bernama Mia Clark. Mia adalah seorang penari kontemporer. Pertemuan Alex dengan Mia karena Ray yang mengajak Alex ke tempat mengajar Mia dan saat itu Mia terjatuh menimpa Alex hingga tangan Alex terkilir dan harus diperban selama beberapa bulan. Ini menyulitkan Alex apalagi dia harus membatalkan sejumlah konser yang telah disiapkannya. Berhubung Mia merasa bersalah akhirnya Mia menawarkan diri untuk menjadi tangan yang lain untuk Alex. Dengan dingin Alex menyetujui akhirnya. Ray seseorang yang mencintai Mia, namun dia tidak pernah tahu apa-apa tentang seluk beluk Mia sedangkan Alex yang baru mengenal Mia terlihat sangat mengetahui kepribadian Mia.

Ekspedisi Mencari Cewek Idaman

Entah deh mungkin gue sedang ingin menulis cerita gue sendiri di blog ini. kalau dilihat-lihat gue jarang kan ceritain kehidupan pribadi gue di blog ini, padahal kata orang blog itu diary online haha. yaudah sekarang gue cuma mau ceritain sesuatu yang penting menurut gue tapi enggak tahu sih penting juga apa enggak buat orang awam yang baca.

Gue lagi seneng nih kalau ke toko buku lantaran ada satu buku yang memuat tulisan gue. gue berterima kasih banyak buat redaksi divapress yang udah nyelenggarain lomba gombal lebay ini. Awalnya gue cuma iseng-iseng ngisi waktu pas jamannya PPKSK atau lebih dikenal dengan sebutan PKL. Karena tugas-tugas udah selesai, biasa anak rajin jadi gue coba aja ikutan ini, sebenarnya enggak kepikiran juga sih bakal sejauh ini.

Pas udah pengumuman pemenang aja gue enggak terlalu respek gitu buat ngeliatnya karena udah optimis kalah, ya meskipun kata temen-temen gue gombalan gue lumayan ampuh, tapi tetep aja namanya penulis amatiran gimana sih? bawaannya pesimis aja apalagi pas gue baca ulang tulisan gue malah kepikiran "kok garing ya?", tapi Allah berkehendak tidak sesuai dengan apa yang gue pikirkan. Allah SWT benar-benar baik hati.

Pas gue coba buka fb divapress ternyata judul tulisan gue ada di pengumuman 15 pemenang. Enggak nyangka banget, dan gue masih kurang percaya kalau itu emang tulisan gue. Sampai akhirnya ada e-mail konfirmasi dari pihak diva, alhamdulillah ternyata yang gue alami itu nyata. Sejak saat itu gue sedikit lebih semangat buat nulis siapa tahu kan emang gue ada bakat gitu. Tapi emang sih jeleknya gue itu gampang down. Beberapa kali gue coba ikut lomba yang serupa, tapi ternyata gagal dan gagal sampai akhirnya gue memutuskan untuk melanjutkan cerita gue aja dan berharap sambil berdoa bisa terbit gitu, amiiin. Tulisan panjang pertama gue sih udah dibaca temen-temen gue, kata mereka sih bagus, tapi kok gue masih ragu gitu.