Minggu, 17 Agustus 2014

Apa yang Kupikirkan Tentang Dulu

Malam ini aku berpikir tentang apa yang telah terjadi pada diriku beberapa bulan terakhir, atau mungkin setahun lamanya ya? Ah entahlah. Hal itu tentang perasaan, dulu aku tak pernah memperkarakan masalah hati, rindu, galau tak berujung, dan semacamnya. Dulu yang aku tahu cintaku hanya untuk abang seorang. Ketika aku melihat cowok-cowok berkeliaran di sekitarku ya biasa saja, tak ada istimewanya deh mereka itu karena cuma ada abang di hatiku, itu juga aku pikirkan hanya sesekali saja tidak terlalu sering atau sampai mengisi setiap detik kehidupanku.

Dulu, pada waktunya aku masa bodoh. Aku tak peduli apalah yang namanya friendzone. Aku hanya tahu bagaimana mencari teman sebanyak-banyaknya karena sudah tahu rasanya memiliki musuh di lingkungan dekat seperti apa. Dengan santai kujalani semua proses pertemanan, mulai dari yang ada setiap hari, membimbing di saat sedang sulit, sampai akhirnya mereka menghilang. Banyak sekali sahabat yang dulunya selalu ada kini menghilang.

Dulu bahkan sampai sekarang (mungkin) aku lebih suka berteman dengan mereka para lelaki, alasannya? Hem enggak ada alasan khusus sih, cuma dengan mereka aku jadi tahu perbedaan pertemanan antara lelaki dan perempuan.

Ah semua itu tentang dulu, sedangkan sekarang? Hari ini dan beberapa bulan atau satu tahun ke belakang rasanya aku sering sekali memikirkan yang dulu tidak pernah terpikir. Tentang hati, rasa suka, galau yang tak berujung, dan semuanya. Aku memikirkan masa lalu kemudian menghubungkan dengan hati. Kadang bertanya pada hati sendiri "mungkinkah dulu itu aku menyukainya? Atau justru dia yang menyukaiku"- kepedean aja dulu-.

Aku merasa kehilangan mereka, kehilangan karena mereka sudah tidak berkomunikasi lagi denganku atau karena aku merindukannya sebagai sosok yang kuharapkan. Ah entahlah, pikiran semacam ini mulai menggangguku. Apa aku mulai beranjak dewasa? Dari segi umur emang udah agak tua sih. Apa aku mulai harus memikirkan tentang cinta dan kawan-kawannya? Apa aku harus kehilangan sahabat lelakiku yang dulu pernah dekat denganku.

"Emang susah sih buat cowok dan cewek untuk sekadar sahabatan aja", ini kata seseorang. Apa itu emang enggak bisa? Atau jaman telah berubah karena kehidupan terus berputar.

Ah sahabat, di mana pun keberadaan orang-orang yang menganggapku sahabat aku harap tidak ada penyesalan di hati kalian karena pernah dekat dan bertukar pikiran denganku. Kalau menyayangimu dengan berlebih adalah sebuah kesalahan aku mohon maafkan aku. Terkadang keinginanku sederhana, yaitu bisa tertawa bersama dan pergi berlibur bersama dengan sahabat-sahabat lamaku. Tanpa ada rasa canggung, malu, jaim, deg-degan karena perasaan suka, dan hal-hal yang dapat memberi jarak pada kita. Ini berlaku untuk semua yang menganggapku sebagai sahabatnya dan yang kuanggap sebagai sahabat tidak terlepas dari mereka cowok atau cewek. Bagiku kalian adalah pewarna yang meninggalkan warna indah di kehidupanku. Terima kasih kalian semua.

Minggu, 10 Agustus 2014

Tragedi Menemukanmu

Aku sedang berjalan di koridor sekolah dengan terburu-buru. Seorang lelaki hampir paruh baya sedang menungguku di gerbang sekolah, beliau adalah ayahku. Ia membawakan kaos olahragaku yang tertinggal. Kesiangan yang membawa petaka.

Aku hampir tak dapat mengontrol kecepatan berjalanku, begitu pula saat menuruni tangga. Berjalan cepat setengah berlariku membawa kesialan baru. Kaki kiriku menginjak sepatu seorang gadis berkuncir kuda yang ada di depanku sampai ia terjatuh ke lantai.

"Semoga bukan kakak kelas", harapku dalam hati, sebagai anak baru masih ada rasa takut perlakuan kaka kelas di SMA ini seperti waktu SMP. Banyak kakak kelas yang mudah melabrak adik kelasnya, ah sudahlah itu bukan hal yang penting untuk dibahas.

"Maaf ya, aku enggak sengaja", ucapku ragu-ragu dan membantunya untuk kembali berdiri.
"Iya maafin juga ya kalau jalanku terlalu lambat", gadis itu sudah berdiri sejajar denganku.

"Anak kelas 10?", tanyanya. Aku sudah berpeluh rasa takut.

"I, iya", saking takutnya sampai tergagap.

"Kenapa jadi gitu? Aku juga kelas 10, kenalkan namaku Maya", dia mengulurkan telapak tangannya yang putih bersih.

"Aku Mona", perasaanku melega ketika tahu dia seangkatan denganku. Ah iya aku hampir saja lupa dengan tujuanku. Aku dan Maya berpisah di koridor bawah. Dia pergi ke arah koperasi sementara aku ke arah gerbang.

Setelah bertemu dengan ayahku aku segera kembali ke kelas, tak lupa berpamitan terlebih dahulu dengan ayah, lalu beliau mendoakanku dan berharap sifat lupa cepat menghilang. Semoga doamu terkabul, yah.

"Eh, kamu lagi", tegur gadis yang tidak sengaja kutabrak tadi.

"Wah ternyata kelas kita sebelahan ya", katanya.

Tiba waktu istirahat, aku berdiri di depan kelas sambil melihat ke arah lapangan di saat teman-temanku pergi ke kantin. Aku memang tak begitu tertarik dengan jajanan yang ada di sana. Gadis itu lagi, aku menghampirinya.

Kamu bertukar cerita hari itu. Ya ampun kalau diingat-ingat perkenalan awal kita sungguh seperti drama sinetron yang episodenya tidak habis-habis atau justru seperti cerita cinta instan di televisi.

"Lucu juga ya kita, kenalan gara-gara nginjek sepatu", kataku dan meminta maaf sekali lagi.

"Kalau enggak ada kejadian itu mungkin sampai sekarang kita belum saling kenal, kelasan kamu ansos gitu lagi", komentarnya.

"Ansos gimana?", tanyaku tak paham.

"Iya anti sosial banget kayanya sama kelas lain", aku baru tahu apa yang dipikirkan anak kelas lain tentang kelasku.

Aku dan Maya menjadi akrab dengan pembicaraan-pembicaraan kecil dan fakta yang kutahu ternyata dia satu SMP dengan sahabat lamaku. Sejak saat itu kami bersahabat, sering pergi bersama. Tidak hanya kami berdua saja, tetapi beberapa orang lainnya dari kelas yang berbeda hingga kami membentuk suatu komunitas bernama 'Sang Petualang' karena kami sering menjelajah ke tempat wisata ketika hari libur tiba.

Tulisan ini diikutkan dalam tantangan menulis @KampusFiksi #EhemKenalan

Jumat, 08 Agustus 2014

Bicara Pada Angin

Angin, bolehkah aku mendekatimu?
Aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Bisakah kau sampaikan salamku pada mereka yang dulu pernah dekat denganku. Siapa pun itu, katakan pada mereka aku merindukan kehadiran mereka yang mengisi hari-hariku.

Angin, sejujurnya aku bingung hal apa tang sedang kuinginkan. Hanya saja kenangan-kenangan tentang mereka selalu terngiang di pikiranku. Aku sungguh menginginkan apa yang terputar di kepalaku terjadi lagi. Obrolan tidak penting dari mereka, ucapan basa-basi dari mereka, suara mereka, semua hal tentang mereka sungguh aku merindukannya.

Angin, mengapa kau diam saja? Tidak maukah kau membantuku? Atau permintaanku terlalu sulit? Baiklah kalau terlalu sulit, bisakah kau berhembus saja di pikiranku? Sapu segala kenangan mereka dengan hembusanmu itu karena aku mulai jenuh disinggahi kenangan tentang mereka.

Kau masih terdiam, lalu perlahan kau berhembus ke arahku, berputar-putr di telingaku seperti akan mengatakan sesuatu.

"Aku tidak harus menuruti maumu kan? Kau yang mengatakan sendiri menghapus kenangan bukanlah hal yang baik karena setiap kenangan adalah pembelajaran. Apakah kau mulai lupa?"

Aku tidak lupa wahai angin, hanya saja aku jenuh. Ah bagaimana aku harus mengungkapkannya? Aku merindukan mereka di situasi yang belum tentu mereka merasakan itu.

"Lebih baik kau berdoa untuk mereka, doakan mereka agar kehidupan mereka dari hari ke hari semakin baik, semakin sukses, dan tentunya bahagia. Mendoakan jauh lebih baik daripada berpikir untuk melupakan, bersyukurlah masih ada kenangan yang mau singgah di pikiranmu"

Jadi menurutmu mendoakan mereka adalah hal terbaik, angin?

"Lebih baik daripada kau terus menerus merasa gelisah, gundah, dan gulana seperti sekarang ini. Mengingat Allah SWT hal terbaik yang dilakukan kita sebagai makhluk"

Baiklah, terima kasih wahai angin.

"Terima kasih untuk apa? Bahkan aku tak memberimu uang sesikit pun. Nasihat itu sebenarnya ada di lubuk hatimu paling dalam. Aku hanya sekadar menyadarkanmu melalui hembusanku"

Kamis, 07 Agustus 2014

Masa Lalu

Pernahkah terbesit dalam benakmu ingin kembali ke masa lalu?

Halo.. untuk apa kau memikirkan masa lalu? Masa lalu tak seharusnya kau ingat-ingat, dia akan selamanya berada di belakang. Begitu kata sebagian orang yang kukenal ketika membicarakan masa lalu.

Bukankah kita ini termasuk produk dari masa lalu? Lantas mengapa kita tidak dibenarkan mengingat masa lalu? Mengapa masa lalu menjadi kenangan yang paling ingin dilupakan? Mengapa?

Menurutku begini:
Masa lalu akan selamanya berada di belakang itu benar, tetapi untuk melupakan masa lalu aku yakin tak semudah kalian mengucapkannya. Masa lalu yang seperti apa yang harus dilupakan? Ah aku pikir setiap kejadian di masa lalu tidak perlu kita lupakan, percayalah ada makna dan manfaat yang kita ambil dari masa lalu. Pernah mendengar pepatah kan yang mengatakan 'the best teacher is experience', coba kita pikirkan pengalaman ada di kehidupan kita yang lalu bukan? Artinya ada di masa lalu dan masa itu yang mengajarkan kita menghadapi masa depan.

'Gue benci sama masa lalu gue, kalau waktu bisa diputar gue bakal hapus bagian itu dari kehidupan gue', ketika tanpa sadar kita mengatakan hal itu dalam hati dan pikirkan sadarkanlah sesuatu. Apa yang kita capai, kebahagiaan yang kita raih hari ini adalah proses dari masa lalu. Bisa jadi kalau kamu tidak merasakan pahitnya masa lalu kamu juga tidak akan mendapatkan manisnya kebahagiaanmu hari ini.

Berpikir positif itu perlu. Segala energi positif membawa hari kita menjadi lebih baik, oleh sebab itu mari sama-sama kita selalu berpikir positif seperti akhlakuk karimah dalam Islam yang disebut husnuzhan, yaitu berprasangka baik. Ketika kamu selalu berpikir negatif itu hanya akan membuat hatimu lelah, memikirkan sesuatu yang sebenarnya tak perlu kau pikirkan, memiliki rasa dendam, terciptanya iri hati, dan masih banyak lagi akhlakul madzmumah yang akan timbul. Jadi, berbuat baiklah kepada siapa pun orangnya sesuai dengan kemampuanmu :)

Oh iya intinya masa lalu itu enggak harus kamu lupakan kok. Ambil yang baik dari masa lalu kemudian kembangkan dan untuk yang buruknya dijadikan pelajaran agar tidak terulang lagi dan dapat menjadi pribadi yang lebih baik.

Semuanya tergantung bagaimana kita menyikapi kehidupan ini. Memilih untuk tersenyum tulus atau tersenyum menyimpan amarah di dalam hati.

Tulisan ini untuk kamu, aku, dan semua orang yang mau hidup bahagia tanpa dendam maupun amarah.

Rabu, 06 Agustus 2014

Tentang Rindu

Assalamu'alaikum wr. wb.



Aku pernah membuat kalimat itu kemudian aku screenshoot setelah itu aku share di instagram. Aku tak mengerti apa tujuannya aku melakukan itu, hanya saja hal itu terus mengganggu pikiranku. Kadang aku berpikir tidak bisakah kita sehari saja dijauhkan dari topik cinta, rindu, atau galau. Jawab temanku 'susah'. Duh aduh padahal kan permasalahan kehidupan enggak melulu tentang tiga hal itu. Beri aku pencerahan please.

Sering sekali mendapat pesan di grup yang isinya 'gue kangen sama kalian', nah aku jadi bertanya-tanya perasaan kangen itu sebenarnya yang seperti apa. Rasanya aku belum pernah benar-benar merindukan seseorang atau itu hanya perasaanku saja karena kenyataannya aku justru sering merindukan orang. Hmm.. beri aku pencerahan, kumohon.

Ketika aku menulis 'sama, gue juga kangen' sebenarnya perasaanku biasa saja. Bagiku masih dapat berkomunikasi melalui sosial media itu cukup. Mungkin karena aku yang terlalu cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Ah tolonglah siapa pun itu beri aku pencerahan.

Waktu SD: gue bakal kangen sama lu pada, lu semua temen terbaik gue dan banyak banget kenangan bersama kalian yang susah dilupakan. (Real: waktu SMP ketemu teman baru, lambat laun kenangan SD tergantikan dengan yang baru)

Waktu SMP: saat perpisahan SMP aku bersama keempat temanku lainnya mulai menyadari selalu ada perpisahan setelah pertemuan, jadi kami biasa saja pada saat perpisahan.

Waktu SMK: kenangannya banyak banget sampai rasanya enggak mau pisah sama mereka, tapi sekarang mau ketemuan juga susah cari waktu yang pas.

Saat ditanya, "lu kangen enggak sama dia (temen SD)?", aku bingung harus jujur atau bagaimana. Sejujurnya biasa saja tak ada rasa rindu yang mendendam secara personal.

Ketika ditanya, "lu kangen enggak masa lu surat-suratan sama doi?", tanpa ragu aku menjawab iya kangen bahkan masih keinget sampai sekarang.

Lalu aku akhirnya bertanya pada temanku di grup, "sebenarnya bagaimana perasaan kangen itu? Rasanya aku tak merasakan itu, hanya saja memoriku suka memutar momen-momen kita bersama dan membuatku ingin kembali ke masa itu, tertawa lepas seperti tak memiliki beban bersama".

Salah seorang dari grup itu menjawab, "itu namanya rindu". Oh ternyata selama ini aku memang merasakan kangen atau rindu itu. Rindu yang kurasakan memang terhadap momen-momen yang telah tercipta dan menjadi masa lalu. Mengapa aku terlalu naif untuk mengakui suasana itu sebagai rasa rindu? No! Aku bukannya naif hanya saja tidak menyadarinya. Bedakan, oke? Hehe. Sekian untuk tulisan yang tidak jelas ini. In the last, I want to say 'Good Morning good people. Have a nice day :)'

Selasa, 05 Agustus 2014

Gala Premier Into the Storm

Assalamu'alaikum....
Alhamdulillah aku sudah mendarat dengan keadaan sehat. Eh emang aku dari mana ya? Maksudnya udah bisa rebahan lagi di kasur kesayangan yang berlokasi di depan televisi hehe...

Hari ini aku bersama dengan kawan bolang, kawan baik, kawan lama - ya apalah itu namanya- berpetualang di Jakarta. Jadi begini ceritanya (mulai bayangin). Kemarin aku iseng-iseng cari kuis gala premier, sebenarnya sih aku mau banget dapetin gala premier #FilmRememberWhen , tapi itu belum ada guys soalnya itu film enggak jadi tayang bulan ini. Akhirnya aku nemuin kuis untuk dapetin gala premier #IntoTheStorm . Kalau gala premiernya film Indonesia kan artisnya hadir, mungkinkah kali ini artisnya akan hadir juga? *lupakan*

Awalnya aku kira film ini akan ditayangkan di Plaza Senayan, aku bersama temanku itu pergi deh ke Plaza Senayan dari jam 17.30 (kira-kira) karena filmnya mulai jam 19.00 wib. Nah, sesampainya di Plaza Senayan pukul 18.30 itu juga setelah berputar-putar memikirkan kendaraan, dari yang niat awal mau naik kopaja 615 atau 19 eh akhirnya naik transjakarta dan turun di Bundaran Senayan. Ini sudah mengikuti prosedur 'Malu bertanya sesat di jalan' sampai ke 'Banyak bertanya malu-maluin', maklum ya meski kami sudah 19 tahun hidup di Jakarta, tapi ini baru pertama kalinya masuk mall mewah Plaza Senayan *norak bingit*.

Okay, akhirnya sadar tidak ada tanda-tanda yang akan menonton film #IntoTheStorm segera aku membuka twitter (dari sanalah aku mendapat dua tiket gratis itu). Waduh, ternyata kita salah tempat.

"Harusnya di Plaza Indonesia bukan Plaza Senayan", ucapku. Akhirnya kami segera pergi lagi. Niatnya mau naik taksi (serius kepikiran) terus kami melihat kopaja 19 akhirnya kami memutuskan untuk naik itu. Berkali-kali melihat jam di handphone. Oke sudah dipastikan akan terlambat, kukabarkan pada admin twitter yang mengadakan kuis bahwa aku akan terlambat, alhamdulillah dimaklumi. So kind of you, min.

Sampailah kami di Plaza Indonesia pukul 19.12, lalu kami berputar-putar mencari XXI yang menurut penjaga meja informasi ada di lantai 6. Baiklah untuk ke sekian kalinya kami berdua kebingungan mencari eskalator atau elevator yang menuju ke lantai 6, ini mentok di lantai 4 coba. Bertanya lagi pada mbak-mbak cantik penjaga toko apalah itu tak tahu, Ia memberi arah bahwa kami harus ke lantai 3 lagi baru naik dari eskalator sebelah kanan.

Akhirnya sampai juga di Cinema XXI, duh teman bolang kehausan, tapi filmnya sudah berjalan. Kami memutuskan untuk langsung masuk saja ke teater 3. Maafkan aku sob, membuatmu lelah. Kami menikmati ketegangan film itu. Seru loh. Mau deh nonton lagi versi 3D.


Ini bukti visual aku udah nonton sama temenku.
#AkuGendut #AkuRapopo

Selesai dari menonton niatnya mau ke Blok M Plaza biar jadi perjalanan Trip to Three Plaza (Plaza Senayan yang cuma numpang ngadem di XXI, Plaza Indonesia, dan Blok M Plaza yang cuma jadi niat). Bus 19 tidak ada, oke fix kami naik metro mini 640 kemudian turun di lampu merah Kalibata (niat sebelumnya mau ke UNAS atau Penvill). Sampai Kalibata udah pada tutup akhirnya hanya membeli minum, baiklah kami akan ke UNAS mencari makan. Lihat jam sudah pukul 22.30. Baiklah kami akan kembali ke rumah saja karena sudah malam. Perjalanan yang unik.
Hikmahnya, alhamdulillah tiket nonton yang kudapat dari kuis dapat terpakai juga. Jadi ingat waktu aku mendapat premier Bidadari Surga tidak terpakai karena sedang ujian (ada di blog kok ceritanya), premier #Comic8 (Lagi ada pelatihan, kasih ke temen eh dia enggak bisa dateng juga), tiket Aku Cinta Kamu (Ini karena cuma 1 tiket), Manusia Setengah Salmon (akhirnya aku kasih temen sekolah karena ada jadwal tambahan kuliah), #AbsourdTour (ah enggak jadi lihat kemal karena harus mempersiapkan diri untuk ujian masuk PTN). Sekian banyaknya tiket yang terbuang sia-sia (kecuali Manusia Setengah Salmon), that's why I was happy today. Hehe.