Sabtu, 22 September 2012

Maafkan Aku

Hari ini aku sempat berdebat tidak jelas dengan ibuku, rupanya hal itu membuat ibuku merasa kesal denganku. Apa sih salahku apa aku tidak boleh berpendapat? Apa aku hanya boleh mendengarkan saja?

"Kalau dibilangin selalu bantah, kapan sih dengerinnya?", oke kalimat itu sudah sering terucap olehnya dan aku selalu sakit hati mendengarnya. Tanpa bermaksud sebelumnya aku justru menanggapi kemarahan mama dengan cara yang mungkin tidak disukai beliau, tapi jujur kalau aku jadi beliau mungkin aku akan melakukan hal yang sama.

Lalu aku pergi ke kamar menangis sejadi-jadinya, aku selalu disalahkan olehnya, sedang adikku dibela terus. Aku tahu adikku lebih berprestasi dariku, tapi apakah itu berarti semua yang kulakukan salah? Ah aku tak mengerti.

Aku mengambil album foto dan melihat beberapa lembar foto, air mataku semakin luruh. Album itu telah usang namun meninggalkan sejarah hidupku yang begitu panjang. Aku melihat mama menggendongku dengan penuh cinta tapi hari ini aku membuatnya kesal dan seperti menyesal memiliki anak sepertiku. Di lembar lain aku melihat gambar mama sedang menyuapiku dengan perhatiannya.

Semua pengorbanan mama padaku begitu besar, kata orang-orang dulu aku begitu disayangnya aku begitu dimanja olehnya. Aku adalah anak kebanggaan mama kata orang-orang, namun dengan mudahnya aku men-judge mama hari ini. Aku mengatakan mama pilih kasih, aku mengatakan mama selalu menyalahkanku tak pernah mau mengerti aku, bahkan aku sadar seringkali tak kuhiraukan nasihatnya.

Mama seandainya kau tahu isi hatiku aku sangat menyesal telah melakukan itu padamu, aku lost control. Aku tidak bermaksud menyakiti hatimu, dengarkanlah isi hatiku ini ma.

"Lebih sakit dilawan anak yang sudah besar karena harusnya dia sudah berpikir", itu ucapmu sebagai amarahmu. Meski kau ucapkan itu dengan lembut namun aku tahu kau begitu kecewa denganku.

Mama maafkan aku, bukannya aku tak peduli denganku. Aku sungguh sangat menyayangimu hanya saja kadang kita berbeda pendapat. Kau tak terima aku pun tak terima jadilah kita berdebat seperti hari ini. Aku ingin sekali membisikkan di telingamu bahwa aku selalu menyayangimu setulus hati, aku selalu mengenangmu dalam hati. Aku selalu berusaha membuatmu bangga padaku meski hingga hari ini belum ada hal yang dapat kubanggakan padamu. Maafkan anakmu.

POTRET- BUNDA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar