Riska berjalan pulang sendiri, sudah jelas dia tidak
memiliki kekasih seperti ketiga sahabatnya yang selalu pulang diantar pacarnya.
Hari ini Riska terlihat tak seperti biasanya, ia suntuk teramat suntuk justru.
Ia menendang batu-batuan tanpa arah tak menentu, dan satu batu mendarat di
kepala seseorang.
“Aduh”,
teriak orang tersebut, lamunan Riska segera buyar dan ia cepat-cepat
menghampiri orang tersebut.
Orang itu
menggaruk-garuk kepalanya yang tertimpuk tendangan Riska. Riska yang merasa
bersalah segera meminta maaf. “Maaf-maaf”, Riska memohon-mohon.
“Oh kamu
yang nimpuk batu?”, suara cowok itu meninggi.
“Tadi keasyikan
nendang, maaf banget ya”, Riska sedikit takut mendengar suara tinggi itu, ia
seperti takut diterkam macan kelaparan.
“Sudah dong
sudah enggak enak dilihat banyak orang”, melihat Riska yang all out dalam memohon maafnya pemuda itu
menjaid risih.
“Maafin
ya”, Riska mengumbar senyum kepada cowok itu, sepertinya Riska tidak pernah
melihat cowok itu di sekolah, lalu anak mana pemuda berseragam putih abu-abu
ini.
“Iya enggak
apa-apa, oh iya kamu anak SMU Cempaka?”, tanyanya diikuti senyum yang sangat
menawan. Hal sekecil itu ternyata membuat hati Riska berdesir kuat, ia belum
pernah melihat senyum semanis itu dan dikeluarkan oleh cowok setampan cowok di
hadapannya.
“Iya, lha
kamu sendiri anak Cempaka?”, Tanya Riska biasa.
“Bukan, aku
anak Garuda, hehe. Kenalin, nama aku Ray”, Diulurkannya tangan itu, Riska
tidak percaya secepat itu pemuda yang tertimpuk karenanya memperkenalkan diri.
“Oh ya, aku
Eriska. Kirain anak Cempaka juga, tapi rancu juga sih soalnya aku enggak pernah
lihat kamu”, Riska masih santai berjalan di samping cowok itu.
“Ah masa?
Aku sering kok lihat kamu, ternyata kamu kurang perhatian nih sama sekitar
hehe”, tawa cowok itu begitu renyah di telinga Riska, ia semakin ingin sering
mendengarnya tertawa.
“Apa iya
sih? Kok aku enggak nyadar ya sering ketemu cowok cakep kaya kamu”, ups Riska
kelepasan memuji cowok itu, semoga cowok itu enggak kepedean.
“Haha udah
banyak sih yang bilang aku cakep. Emm, kamu juga cantik kok Riska”, tuh kan tertawanya sudah
mulai membuat Riska ketagihan lagi dan sekarang wajah Riska memanas seperti
ada laser yang menyentuh wajahnya, pertanda apakah ini?
“Aku
gampang terbang kalau dipuji, tapi makasih loh. Senang berkenalan denganmu”, Riska melambaikan tangannya karena ia sudah harus naik angkutan umum untuk
segera sampai rumahnya.
Hari itu
rasa yang aneh mulai terbit di hati Riska, sejak kejadian hari itu ia semakin
sering bertemu dengan Ray. Ini pembuktian bahwa sebenarnya mereka sering
berpapasan hanya saja Riska kurang peduli.
“Ya Tuhan beginikah rasanya jatuh cinta? Banyak hal-hal
mengejutkan yang tumbuh dari dalam hati? Hatiku merasakan desiran kencang
seperti di gurun pasir, wajahku memanas tanpa sebab, hatiku suka merasa
berdetak lebih cepat, dan yang pasti aku ingin selalu di dekatnya untuk
mendnegar suara dan tertawanya. Begitu nyaman berada di sisinya Tuhan”, Riska
berbisik dalam hati.
"Ray, ini nomorku disimpan ya", Riska memberikan secarik kertas yang berisi deretan angka di dalamnya.
"Untuk?", Ray terlihat heran dengan Riksa yang berbuat tiba-tiba.
"Call me maybe", Riska memberikan senyuman genitnya sebelum ia menghilang ditelan bus kota.
"Wait me", Ray mengatakan itu namun Riska tak mendengarnya lagi.
CARLY RAE JEPSEN - CALL ME MAYBE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar