Kamis, 20 September 2012

Eriska's Phone Number

-->
              Riska berjalan pulang sendiri, sudah jelas dia tidak memiliki kekasih seperti ketiga sahabatnya yang selalu pulang diantar pacarnya. Hari ini Riska terlihat tak seperti biasanya, ia suntuk teramat suntuk justru. Ia menendang batu-batuan tanpa arah tak menentu, dan satu batu mendarat di kepala seseorang.
            “Aduh”, teriak orang tersebut, lamunan Riska segera buyar dan ia cepat-cepat menghampiri orang tersebut.
            Orang itu menggaruk-garuk kepalanya yang tertimpuk tendangan Riska. Riska yang merasa bersalah segera meminta maaf. “Maaf-maaf”, Riska memohon-mohon.
            “Oh kamu yang nimpuk batu?”, suara cowok itu meninggi.
            “Tadi keasyikan nendang, maaf banget ya”, Riska sedikit takut mendengar suara tinggi itu, ia seperti takut diterkam macan kelaparan.
            “Sudah dong sudah enggak enak dilihat banyak orang”, melihat Riska yang all out dalam memohon maafnya pemuda itu menjaid risih.
            “Maafin ya”, Riska mengumbar senyum kepada cowok itu, sepertinya Riska tidak pernah melihat cowok itu di sekolah, lalu anak mana pemuda berseragam putih abu-abu ini.
            “Iya enggak apa-apa, oh iya kamu anak SMU Cempaka?”, tanyanya diikuti senyum yang sangat menawan. Hal sekecil itu ternyata membuat hati Riska berdesir kuat, ia belum pernah melihat senyum semanis itu dan dikeluarkan oleh cowok setampan cowok di hadapannya.
            “Iya, lha kamu sendiri anak Cempaka?”, Tanya Riska biasa.
            “Bukan, aku anak Garuda, hehe. Kenalin, nama aku Ray”, Diulurkannya tangan itu, Riska tidak percaya secepat itu pemuda yang tertimpuk karenanya memperkenalkan diri.
            “Oh ya, aku Eriska. Kirain anak Cempaka juga, tapi rancu juga sih soalnya aku enggak pernah lihat kamu”, Riska masih santai berjalan di samping cowok itu.
            “Ah masa? Aku sering kok lihat kamu, ternyata kamu kurang perhatian nih sama sekitar hehe”, tawa cowok itu begitu renyah di telinga Riska, ia semakin ingin sering mendengarnya tertawa.
            “Apa iya sih? Kok aku enggak nyadar ya sering ketemu cowok cakep kaya kamu”, ups Riska kelepasan memuji cowok itu, semoga cowok itu enggak kepedean.
            “Haha udah banyak sih yang bilang aku cakep. Emm, kamu juga cantik kok Riska”, tuh kan tertawanya sudah mulai membuat Riska ketagihan lagi dan sekarang wajah Riska memanas seperti ada laser yang menyentuh wajahnya, pertanda apakah ini?
            “Aku gampang terbang kalau dipuji, tapi makasih loh. Senang berkenalan denganmu”, Riska melambaikan tangannya karena ia sudah harus naik angkutan umum untuk segera sampai rumahnya.
            Hari itu rasa yang aneh mulai terbit di hati Riska, sejak kejadian hari itu ia semakin sering bertemu dengan Ray. Ini pembuktian bahwa sebenarnya mereka sering berpapasan hanya saja Riska kurang peduli.
“Ya Tuhan beginikah rasanya jatuh cinta? Banyak hal-hal mengejutkan yang tumbuh dari dalam hati? Hatiku merasakan desiran kencang seperti di gurun pasir, wajahku memanas tanpa sebab, hatiku suka merasa berdetak lebih cepat, dan yang pasti aku ingin selalu di dekatnya untuk mendnegar suara dan tertawanya. Begitu nyaman berada di sisinya Tuhan”, Riska berbisik dalam hati. 
            "Ray, ini nomorku disimpan ya", Riska memberikan secarik kertas yang berisi deretan angka di dalamnya.
            "Untuk?", Ray terlihat heran dengan Riksa yang berbuat tiba-tiba.
            "Call me maybe", Riska memberikan senyuman genitnya sebelum ia menghilang ditelan bus kota.
            "Wait me", Ray mengatakan itu namun Riska tak mendengarnya lagi.


CARLY RAE JEPSEN - CALL ME MAYBE


Tidak ada komentar:

Posting Komentar