Jumat, 24 Juli 2015

Sepenggal Wacana Untukmu

Hai..
Apa kabar? Akhirnya kata itu hanya dapat tersangkut di benak saja, tak sedikit pun aku berani untuk menanyakannya langsung padamu.

"Aitakute", begitu tulisku waktu itu. Aku tahu kata itu dari sebuah lagu berbahasa Jepang yang merupakan original soundtrack Itazura Na Kiss, kalau tidak salah sih artinya Ingin bertemu kamu. Saat itu memang ada keinginan untuk bertemu denganmu, mendengar suaramu, melihat tawa renyahmu, dan memandangimu sepuasku. Haha.

Lalu takdir menjawab kita bertemu kembali pada satu pertemuan yang tak pernah kusangka kau akan menghadirinya. Ada rasa kebahagiaan kecil saat melihat hadirmu kembali, namun rasa bingung juga menyelimutiku mengingat sebelum ini aku merasa kesal dengan banyak hal tentangmu.

Ah. Sebenarnya aku malas membahas tentangmu karena itu sama saja menceritakan sisi lain diriku yang tak ku suka, sisi lain kepengecutanku. Aku membencinya karena aku tak bisa sepenuhnya jujur padamu. Tapi begini, tahukah kamu dalam pertemuan itu otakku tak berhenti memutar untuk berpikir?

Aku memikirkan bisakah aku dan kamu dapat seperti dahulu, tertawa riang dengan canda tawa secara lepas layaknya dua orang sahabat?
Aku memikirkan bagaimana membuat percakapan denganmu lagi?
Aku memikirkan akankah selamanya kita seperti ini, tak saling menyapa dan bertingkah tidak mengenal satu sama lain baik itu dalam dunia maya maupun nyata?
Aku memikirkan banyak hal saat iti, apakah kamu juga?

Aku merasa iri. Ya aku iri. Aku melihatmu dapat mudah berbincang dengannya, membicarakan banyak hal dengannya, dan bersikap akrab dengannya, namun mengapa tidak denganku?

"Lu aja enggak pernah mulai", ini yang ada dalam benakku. Tahukah kamu perlu waktu untuk mengumpulkan keberanianku saat aku akan mengeluarkan sebuah kalimat tertuju padamu? Sadarkah akan hal itu? Dengan usahaku yang menurutku keras, aku justru seperti tak mendapat timbal balik. Kau bisa bebas seperti burung terbang di udara ketika bercerita dengannya, namun tidak denganku.

Ah sorot mata itu, kau begitu antusias mendengar setiap kalimat yang keluar darinya, kau begitu antusias melihat tingkah lakunya, pokoknya saat itu kau begitu antusias saat bertukar cerita dengannya.

Aku hanya ingin kau bisa bertingkah seperti kau yang dulu dalam memperlakukanku sebagai teman, apakah kau tidak bisa? Kita pernah berteman akrab, namun tak sedikit pun terlihat dalam pertemuan itu kalau kita pernah berteman akrab.

Aku cukup mengerti dengan ungkapan "semua orang dapat berubah bahkan dalam hitungan detik", namun aku masih tak dapat memercayainya. Karena kau terlihat hanya berlaku dingin dan seperti tak peduli kepadaku. Benarkah demikian? Atau itu hanya prasangkaku saja?

Sungguh aku tak mengerti, aku tak paham, ah aku benar-benar tidak mengetahuinya. Jujur, kalau saja aku dapat mengucapkannya langsung, aku hanya ingin memohon dibukakan pintu maaf sebesar-besarnya atas kesalahanku pada masa lampau. Aku juga mau mengucapkan terima kasih padamu karena kau telah mengajarkanku begitu banyak macam pelajaran emosional dalam kehidupanku baik secara langsung maupun tidak langsung.

Aku banyak belajar darimu, terima kasih pernah ada dan membuat warna di kehidupanku. Semoga kau bahagia bersama dunia barumu.

Baiklah, ini hanyalah sepenggal cerita untukmu dari aku yang sulit untuk jujur mengatakan apa yang kurasakan padamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar